--Dari alam dan ramah untuk alam
--
Energi yang menghidupkan rumah pun tak satupun yang memerlukan listrik dari luar. Semua diusahakan sendiri oleh sistem panel surya dan pembangkit listrik tenaga angin skala kecil.
--
Energi matahari diserap oleh panel surya yang dipasang di atap. Lalu energi tersebut disimpan di baterai dan diolah menjadi listrik oleh power supply. Kapasitas penyimpanan baterai lithium mencapai 6.000 watt.
--
"Jadi ketika seminggu tidak ada matahari, tetap ada tenaga cadangan," ujar salah satu penjaga stan NEDO.
--
Namun, energi matahari bisa saja meredup berminggu-minggu ketika musim hujan atau dingin di Jepang. Hal itu tak masalah, karena rumah dapat memperoleh energi dari pembangkit listrik tenaga angin berbentuk baling-baling dengan sistem penyimpanan yang sama di baterai dan power supply.
--
"Hemat energi banget. Jadi kita nggak usah bayar listrik lagi deh di masa depan karena listriknya dari matahari. Matahari kan gratis," ujar penjaga stan tersebut kepada sejumlah siswa SDN Pondok Pinang 12 Pagi Jakarta Selatan yang berkunjung melihat miniatur rumah ramah lingkungan tersebut.
--
Energi yang disimpan dan diolah menjadi listrik itu akhirnya mampu memanaskan air dan menghidupkan alat penerangan berteknologi OLED yang cahayanya mirip dengan cahaya alam. Jika cahaya bohlam hanya sekitar 10 persen dari cahaya alam. Teknologi OLED mencapai 70 persen. Selain itu, rumah ramah lingkungan nol emisi ini mengupayakan pula sistem pencahayaan mirror duct.
--
Cahaya dari luar dimanfaatkan untuk penerangan ruangan pada siang hari. Tak hanya teknologi elektriknya, dari segi fisik, rumah ini dibangun dari semen daur ulang yang disebut Eco-cement. Mutu semen sisa pembakaran limbah sampah kota ini dinilai hampir sama dengan semen biasa.
--
Material perabot rumahnya pun berasal dari bahan kayu sisa pembongkaran bangunan dan hasil penjarangan yang diolah dan direkatkan dengan lem ramah lingkungan dari tannin (di kulit kayu dan daun). Dindingnya pun dilengkapi dengan papan insulasi panas hibrida yang membuat panas terik matahari tidak berpengaruh terhadap suhu di dalam rumah. Teknologi ini membuat rumah tetap adem dan nyaman.
--
Masih mahal
--
namun, Yamazaki mengakui investasi prototipenya di Ibaraki masih mencapai angka 100 juta yen atau sekitar Rp 9-10 milyar. Saat ini, Jepang sedang berupaya mengembangkannya di Ibaraki dengan memaksimalkan perpaduan teknologi lingkungan, teknologi konservasi energi dan teknologi energi terbarukan.
Technorati Profile